Indonesia adalah negara sedang berkembang, dimana masih banyak
terdapat kekayaan alam yang belum dapat diungkap keberadaannya. Juga
kota-kota besar yang katanya di sana berkumpul semua orang-orang berjas
dan berdasi, juga bertabur berbagai fasilitas mewah kehidupan, seperti
Mall, Hotel, Perumahan, Restoran, Taman Hiburan, Diskotik, dan masih
banyak yang lainnya.
Jakarta adalah Ibu kota dari Indonesia sendiri. Yang katanya, kota
dimana pusat pemerintahan, politik, korupsi, dan kemewahan ada di
dalamnya, termasuk juga kriminalitas dan terutama kemiskinan pastinya.
Di tengah-tengah kota Metropolitan yang sangat sibuk dan
dibangga-banggakan itu, ternyata masih ada tinggal jutaan orang-orang
miskin bahkan di bawah kategori miskin. Dan di sana hiduplah sepasang
bersaudara Ayu, yang masih berumur 10 tahun, dan adiknya Neil, yang
berumur 7 tahun.
Mereka berdua ditinggal mati kedua orangtuanya saat Ayu masih berumur
8 tahun. Yang mereka tahu orangtua mereka meninggal karena sakit keras.
Kini mereka tinggal di tepi jalanan. Gubuk kecil peninggalan orangtua
yang ada di kampung kumuh mereka, tempo hari sudah diratakan oleh
orang-orang berjas dan berdasi yang tidak bertanggungjawab. Yang mereka
dengar dari orang-orang sekitar, katanya tanah itu akan dijadikan
perluasan untuk pembangunan sebuah pusat perbelanjaan. Lagi-lagi
generasi bangsa seperti mereka harus disingkirkan oleh orang-orang
berjas yang begitu tergiur dengan lembaran rupiah.
Tapi hal itu tidak membuat Ayu dan Neil cengeng. Mereka terus
berusaha dan bekerja keras untuk mengisi sejengkal perut lapar mereka.
Dari pagi hingga sore mereka harus menapaki kota Metropolitan itu untuk
mencari botol-botol minuman bekas dan dijual pada bandar pemulung.
Sehari mungkin mereka hanya mendapatkan uang sebesar sepuluh hingga lima
belas ribu rupiah untuk 1 kilogram botol minuman yang sudah susah payah
mereka kumpulkan. Tapi mereka tidak pernah bersungut-sungut. Uang yang
mereka dapat mereka belikan untuk satu bungkus nasi dan satu plastik
kecil air minum, dan mereka bagi berdua. Ketika malam tiba, mereka hanya
tidur di pinggir jalan beralaskan aspal. Tubuh mereka hanya dibalut
sepasang baju kumel. Dinginnya malam yang menusuk dan mencabik tiap
lapisan kulit mereka, tidak lagi mereka hiraukan. Mereka hanya saling
berpelukan satu sama lain ketika angin malam sudah semakin menusuk ke
lapisan kulit terdalam mereka.
Suatu sore di tengah kerlip lampu jalanan dan mobil mewah yang lalu
lalang, Ayu dan Neil duduk di pinggiran jalan untuk memakan satu bungkus
nasi yang mereka beli dari hasil memulung sejak pagi hari.
“Kakak! Ayo cepat dibuka! Aku sudah lapar!!”
“Iya! Iya! Ini juga lagi dibuka!” kata Ayu sambil ligat membuka karet yang mengikat nasi bungkus itu.
Setelah bungkusan nasi terbuka, Ayu meletakkannya di antara mereka
berdua lalu berdoa dan mengucapkan syukur atas apa yang mereka dapatkan
hari itu. Setelah selesai berdoa, segera mereka mencuci sedikit tangan
kanan mereka dan mulai menyuapi nasi ke dalam mulut mereka. Tapi
tiba-tiba datang seorang nenek tua renta dan bungkuk menghampiri mereka.
“Nak?” kata nenek itu dengan suara yang gemetar. Segera Ayu dan Neil menghentikan rayap tangan mereka pada nasi bungkus itu.
“Ada apa, nek?” tanya Ayu pada nenek itu.
“Anu?.. Nenek lapar, sudah dua hari nenek belum makan apa-apa..”
Sejenak Ayu menatap nasi bungkus itu, kemudian tanpa ragu ia berkata..
“Kalau begitu, nenek makan saja nasi kami ini. Tadi kami sudah makan
beberapa suap, kok?!” kata Ayu, sambil mendekatkan nasi bungkus itu pada
nenek tua itu.
“Lagian kami sudah kenyang kok, nek!” sambung Neil.
“Aduh! Terimakasih banyak ya, nak?!” kata nenek tua itu sambil duduk di
hadapan nasi bungkus itu dan mulai menyuapi nasi dengan lahap ke dalam
mulutnya.
Ayu dan Neil hanya melihat nenek tua itu makan. Meski sebenarnya
mereka masih sangat lapar. Tapi kemurahan hati dan rasa belas kasihan
mereka, membuat mereka tidak enggan dan tidak menyesal memberikan nasi
itu pada nenek tua renta dan bungkuk itu.
Beberapa saat kemudian nenek tua renta itu sudah membersihkan lembar kertas dari semua butir nasi.
“Alhamdulillah! Terimakasih banyak ya, nak? Kalau tidak karena kemurahan hati kalian, nenek pasti sudah mati kelaparan!”
“Kami senang bisa membantu nenek!” jawab Ayu dengan senyum.
Kemudian nenek itu membuka ikatan kain yang dibawanya, lalu diambilnya sehelai kain panjang yang terlihat masih bagus.
“Ini nenek berikan untuk kalian. Anggap saja sebagai rasa terimakasih nenek.”
“Tidak perlu, nek! Kami iklas, kok!” jawab Ayu.
“Tolong terimalah! Nenek akan merasa sangat menyesal jika kalian tidak
mau manerimanya. Lagipula nenek masih punya satu lagi!” kata nenek itu
sambil menyerahkan kain panjang itu ke tangan Ayu.
“Kalau begitu terima kasih banyak ya, nek?!”
“Sama-sama!” ucap nenek itu dengan senyum dan mulai beranjak dari situ, meninggalkan Ayu dan Neil.
Sejenak Neil menatap lembar kertas yang telah bersih itu.
“Kak? Aku masih lapar…”
“Kakak juga lapar. Tapi kita seharusnya bersyukur, karena kita masih
bisa makan hari ini, meski hanya beberapa suap. Sedangkan nenek itu
sudah dua hari belum makan, kita tidak tahu apakah besok dia akan dapat
makan atau tidak?”
“Kakak benar!?”
“Begini saja! Kita tidur sekarang supaya laparnya tidak terasa!”
“Emm.. Iya.” angguk Neil dengan senyum.
Lalu Ayu membentangkan kain panjang pemberian nenek tua itu. Setelah
itu mereka berdua merebahkan tubuhnya di atas kain panjang itu. Lelah
tubuh mereka, membuat mereka semakin cepat terlelap, keributan lalu
lintas tak lagi mengganggu tidur mereka. Hembusan angin malam yang
merobek pori-pori kulit mereka, membuat mereka semakin berpeluk erat
antara satu dengan yang lainnya, setidaknya hal itu dapat menghangatkan
sedikit rasa dingin pada kulit mereka.
& & &
Sore itu, seperti biasa Ayu dan Neil mencari tepi jalan yang aman
untuk tempat mereka beristirahat dan menikmati sebungkus nasi hasil
jerih payah mereka satu harian.
Setelah beberapa saat mencari, akhirnya Ayu menemukan tempat yang
nyaman dan aman. Tapi mereka harus menyeberangi jalan raya. Dengan
hati-hati Ayu menggandeng tangan adiknya untuk mulai melangkah
menyebrangi jalan raya. Tapi dari kejauhan Neil melihat mobil mini bus
melaju dengan kencang. Sontak ia langsung menarik tangan Ayu ke pinggir,
tapi sayangnya nasi itu terjatuh dan mobil mini bus itu menggilas nasi
mereka.
Dengan sedih Ayu melangkah hati-hati untuk mengambil nasi bungkus yang sudah tergilas itu, dan dibawanya ke pinggir jalan.
“Yah kak?! Nasinya sudah kotor?!” ucap Neil dengan sedih.
“Maaf ya, Neil? Kakak tidak hati-hati.”
Kemudian digandengnya kembali tangan Neil sambil memegang nasi
bungkus itu. Dan dengan hati-hati mereka mulai menyeberang, dan akhirnya
sampai pada tepian jalan yang ada di seberang.
Kemudian duduklah sepasang bersaudara itu, sambil Ayu meletakkan nasi
bungkus kotor itu di antara mereka. Dengan segera Ayu mencubili butir
nasi kotor dan membuangnya, Neil pun turut membantu. Setelah
dibersihkan, ternyata hampir habis setengah dari porsi yang sebelumnya.
Yang tadinya cukup untuk dibagi dua, kini hanya cukup untuk satu orang
saja.
“Sudah! Kamu saja yang makan?! Kakak tidak lapar, kok?!” kata Ayu
menyerahkan nasi itu pada Neil. Tapi Neil yang tahu kalau Ayu sangat
lapar, segera membagi dua nasi itu lalu meletakkannya di antara mereka.
“Kakak? Kakak juga harus makan! Kita cuma hidup berdua, apapun yang kita
miliki harus dibagi dua. Lagian kalau kakak sakit terus pergi
meninggalkan Neil… Neil akan tinggal dengan siapa lagi?”
Ayu sangat terharu dengan ucapan adiknya itu.
“Kalau begitu… Kita makan sama-sama, ya?!”
Setelah mereka selesai makan, mereka mencuci sedikit tangan kanan
mereka dengan sebungkus kecil air minum yang tadi dipegang oleh Neil,
kemudian mereka berbagi air minum itu. Setelah itu mereka membaringkan
tubuh mereka di atas dinginnya aspal tepi jalanan dan mereka menyelimuti
tubuh mereka dengan kain panjang itu.
Esok pagi sekitar jam empat pagi-pagi buta, mereka sudah bangun dari
tidur mereka. Segera Ayu melipat dua kain panjang itu dan melilitkannya
pada lehernya, kemudian mereka mulai berjalan menyusuri tepi jalanan
untuk mulai mengumpulkan botol minuman bekas. Sesekali mereka berpencar
untuk bisa mengumpulkan lebih banyak botol minuman bekas.
Matahari mulai meninggi tepat di atas kepala mereka. Teriknya
matahari yang membakar kulit mereka dan panasnya aspal jalanan yang
membakar telapak kaki mereka, tak menyusutkan semangat mereka untuk
terus mengumpulkan botol-botol minuman bekas. Tapi ganasnya sinar
manatahari membuat mereka haus.
“Kakak, aku haus?” ucap Neil sambil menatap kakaknya.
“Kakak juga haus.. Begini saja! Kita mengamen sebentar, mana tahu ada
orang yang berbaik hati memberikan kita beberapa recehan?!” Usul Ayu
pada Neil.
“Ya! Ya! Aku setuju?!”
Segera Ayu dan Neil berjalan mencari perempatan jalan yang terdekat,
kemudian meletakkan karung tempat botol bekas mereka di pinggiran jalan.
Ketika lampu merah, Ayu dan Neil turun ke jalanan dan mendatangi satu
per satu kendaraan beroda empat sambil bernyanyi dan bertepuk tangan.
Tapi tak satu pun dari mereka yang mau memberikan recehan.
Lampu merah berikutnya, mereka kembali turun ke jalanan. Mereka
menghampiri sebuah mobil mewah, kemudian bernyanyi sambil bertepuk
tangan.
“Indonesia… tanah airku… Tanah tumpah darahku… Di sanalah aku berdiri.. Jadi pandu ibuku…” Ayu dan Neil bernyanyi dengan riang.
Kemudian pengemudi mobil itu membuka kacanya…
“Hehh!! Bisa diem gak sich loe?!! Loe nyanyi lagu apaan sich?!!
Kampungan banget lagu loe!! Emang loe pikir ini tujuh belasan apa?!!!
Udah! Udah! Pigi loe dari mobil gue! Ntar lecet lagi!” bentak pemudi
yang mengendarai mobil mewah itu, seraya menutup kembali kaca mobilnya.
Segera Ayu dan Neil meninggalkan mobil itu. Tapi kemudian ada
seseorang wanita yang mengendarai sepeda motor memanggil mereka. Segera
mereka menghampiri wanita itu.
“Ada yang bisa kami bantu, buk?” tanya Ayu.
“Ah, tidak?! Ini ibuk kasih sedikit uang untuk kalian?!” kata wanita itu sambil menyerahkan selembar uang limaribu.
“Tapi buk, kami tidak bisa menerimanya. Kami tidak melakukan apa-apa untuk ibuk?!”
“Ada kok? Dari tadi ibuk mendengarkan nyanyian kalian?! Ibuk senang
sekali masih ada anak-anak seperti kalian yang mau menyanyikan lagu-lagu
nasional. Jadi diterima, ya?!” kata wanita itu sambil menyodorkan
kembali uang tersebut.
“Terimakasih banyak ya, buk?!” kata Ayu dengan wajah yang gembira sambil menerima uang itu.
Segera mereka pergi meninggalkan jalan raya dan menuju ke tepi jalan
tempat mereka meletakkan karung mereka. Segera Ayu mengangkat karung itu
dan menggandeng tangan Neil untuk mencari warung kecil.
Setelah menemukan warung, segera Ayu membeli dua buah aqua gelas, lalu membaginya pada Neil kemudian mereka meminumnya.
“Kakak… Neil lapar.”
“Gimana kalau kita beli kue basah tiga bungkus dan dua aqua gelas lagi?!”
“Yaa?!” ucap Neil dengan semangat.
Segera Ayu menghabiskan sisa uang itu untuk membeli tiga bungkus kue
basah seharga seribu rupiah dan dua aqua gelas seharga limaratus rupiah.
Lalu segera Ayu memberikan sebungkus roti pada Neil dan sebungkus lagi
untuknya dan satu bungkus lagi dibaginya dua. Lalu dibaginya satu aqua
gelas pada adiknya. Dan segera mereka memakannya dengan lahap.
“Kenyang!!” ucap Neil.
“Ya sudah, ayo kita lanjut nyari botol minuman?!”
“Ayo! Kalau sudah kenyang begini, rasanya mencari botol minuman bekas sampai besok pun, Neil tetap semangat?!”
Mereka kembali menyusuri tepi jalanan, tak lupa juga mereka
memasukkan botol aqua gelas milik mereka tadi. Haripun semakin sore, Ayu
dan Neil segera pergi menuju tempat penyerahan barang-barang bekas yang
selalu mereka datangi.
Tapi setibanya di sana alangkah terkejutnya mereka melihat tempat itu
bagai diamuk angin topan. Semua tempat yang terbuat dari tepas-tepas
sudah dihancurkan dengan mobil-mobil berat, dan semua barang-barang
bekas diangkat dengan mobil pengkeruk dan dipindah ke tempat pembuangan
sampah.
Ayu dan Neil yang penasaran, segera mananyakan penyebab hal itu pada orang sekitar yang sedang lewat.
“Pak? Pak?! Kenapa tempat ini dihancurkan?!” tanya Ayu.
“Aduh dek?! Yang bapak dengar, katanya di sini mau dibangun ruko.”
“Ohh, makasih ya, pak.”
Dengan perasaan kecewa dan sedih Ayu dan Neil meninggalkan tempat itu
dan mulai mencari tempat untuk mengistirahatkan tubuh mereka.
Tapi tiba-tiba rintik air hujan mulai jatuh ke permukaan tanah.
Segera Ayu dan Neil mencari tempat berteduh. Dan mereka menemukan lorong
buntu di antara rumah-rumah dan segera mereka menuju ujung lorong itu
dan duduk menyandar ke dinding yang di atasnya kebetulan ada atap
bangunan yang dilebihkan sedikit, sehingga mereka terlindung dari rintik
air hujan.
Tapi beberapa saat kemudian, hujan menjadi sangat lebat, angin bertiup
semakin kencang. Segera Ayu menyelimuti tubuh mereka dengan kain
panjang. Tapi hujan lebat itu membuat sedikit demi sedikit air merembes
kepakaian mereka. Ditambah kencangnya angin, membuat tubuh mereka
menggigil. Tapi mereka menghangatkan diri dengan saling berpelukan,
hingga akhirnya mereka tertidur di tengah kencangnya angin dan lebatnya
hujan.
Dalam kepolosan wajah mereka yang sedang tidur seakan ingin menyampaikan sesuatu kepada semua orang..
“Kami berharap tak akan ada lagi orang-orang dan teman-teman kami, yang
mengalami nasib yang sama seperti kami. Kami berharap setetes kasih dan
kepedulian dari orang-orang berjas dan berdasi untuk kami kaum miskin.
Kami juga berharap ibu pertiwi semakin jaya kedepannya agar orang-orang
seperti kami bisa merasakan sedikit kehidupan yang layak nantinya.
Salam perdamaian untuk negriku, Indonesia.”
Akhirnya sepasang teratai muda ini tidak sanggup bertahan lebih lama
dari amukan hujan dan cambukan angin yang menghantam tubuh mereka.
Dan sekali lagi, generasi bangsa harus gugur di medan pertempuran
melawan kejamnya orang-orang yang menduduki kursi berputar di kota
Metropolitan.
Cerpen Karangan: Puspita Sandra Dewi
Blog: http://worldartsandra.blogspot.com
Puspita Sandra Dewi, atau lebih akrab dipanggil Puspita atau juga
Sandra, lahir pada 17 September 1992 di Medan, Sumatera Utara. Ia adalah
putri pertama dari J.M. Bangun dan D.R. Pardede, dan kakak dari Arjuna
Walker dan Veronica Trisha.
Saat ini ia berkuliah di UKSW dan mengambil jurusan Teologi, angkatan
2010. Ia mulai menyukai dunia tulis-menulis sejak duduk di bangku SMP
kelas 2. Ia tidak hanya tertarik menulis novel, tetapi juga menulis
cerpen, dan puisi-puisi. Selain menyukai seni menulis ia juga menyukai
seni lukis.
Hobi yang digemarinya adalah membaca novel, cerpen, puisi, dan
menikmati karya lukis. Ia menyukai olahraga renang. Ia juga tertarik
membaca mitos-mitos dan mitologi. Novel yang paling dikaguminya adalah
Sherlock Holmes karya Sir Athur Conan Doyle.
Bagi pembaca tercinta yang ingin memberikan kritik dan saran kepada
penulis, silahkan kirim e-mail ke: puspitasandra25@yahoo.co.id.
Cara Agar Pacar Lebih Perhatian
Puisi Sakit Hati Pada Sahabat
Puisi Mimpiku
Minggu, 17 Maret 2013
Contoh Novel Pendek
Hi,Selamat datang di blog Kliping kita. sobat kliping, hari ini kami akan memberikan informasi seputar Contoh Novel Pendek untuk kalian semua
Daftar Artikel
-
►
2017
(2)
- ► 04/23 - 04/30 (2)
-
►
2016
(1)
- ► 09/04 - 09/11 (1)
-
►
2014
(1)
- ► 05/25 - 06/01 (1)
-
▼
2013
(1703)
- ► 10/13 - 10/20 (1)
- ► 10/06 - 10/13 (18)
- ► 09/22 - 09/29 (1)
- ► 09/15 - 09/22 (5)
- ► 09/08 - 09/15 (1)
- ► 08/25 - 09/01 (5)
- ► 08/11 - 08/18 (1)
- ► 07/28 - 08/04 (2)
- ► 07/21 - 07/28 (2)
- ► 07/14 - 07/21 (40)
- ► 07/07 - 07/14 (76)
- ► 06/30 - 07/07 (7)
- ► 06/23 - 06/30 (51)
- ► 06/16 - 06/23 (39)
- ► 06/09 - 06/16 (73)
- ► 06/02 - 06/09 (31)
- ► 05/12 - 05/19 (3)
- ► 05/05 - 05/12 (7)
- ► 04/21 - 04/28 (15)
- ► 04/14 - 04/21 (56)
- ► 04/07 - 04/14 (73)
- ► 03/24 - 03/31 (47)
-
▼
03/17 - 03/24
(124)
- Download Driver Printer Canon Pixma
- Driver Printer Canon Pixma mini260 Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma iX7000 Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma iX6560 Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma iX5000 Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma iX4000 Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma iP90V Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma iP90 Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma iP8500 Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma iP7270 Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma iP6700D Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma iP6600D Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma iP6320D Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma iP6210 Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma iP6000D Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma iP5300 Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma iP5200R Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma iP5200 Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma iP5000 Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma iP4970 Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma iP4870 Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma iP4760 Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma iP4680 Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma iP4500 Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma iP4300 Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma iP4200 Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma iP4000R Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma iP4000 Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma iP3680 Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma iP3500 Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma iP3300 Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma iP3000 Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma iP2270 / iP2772 Downloa...
- Driver Printer Canon Pixma iP2580 Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma iP2200 Download Gratis
- Misteri Laut Setan di Jepang yang Sangat Menakutkan
- Keunikan Yang Hanya Ada di Jepang
- 3 Produk Simulator dari jepang yang Aneh
- Beberapa jenis makanan dari Jepang
- Arti Membungkuk di Jepang
- Jenis-Jenis Senjata Tradisional Jepang
- 8 Hal yang Paling Mengganggu Saat Nonton Bioskop
- Driver Printer Canon Pixma iP2000 Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma iP1980 Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma iP1880 Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma iP1700 Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma iP1600 Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma iP1500 Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma iP1300 Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma iP1200 Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma iP1000 Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma iP100 Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma Pro9500 Mark II Downloa...
- Driver Printer Canon Pixma Pro9500 Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma Pro9000 Mark II Downloa...
- Driver Printer Canon Pixma Pro9000 Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma PRO-100 Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma PRO-10 Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma PRO-1 Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma MX927 Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma MX897 Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma MX886 Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma MX866 Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma MX876 Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma MX868 Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma MX850 Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma MX7600 Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma MX727 Download Gratis
- Driver Printer Canon Pixma MX700 Download Gratis
- Contoh Pantun Sahabat
- Contoh Pantun Anak Anak
- 5 Negara Kepadatan Penduduknya Paling Rendah
- Kasus-kasus Jual Beli Online Kontroversial di Indo...
- 6 Festival Seru di Dunia
- 5 Kematian Yang Tak Terduga di Dunia
- 3 Pohon Aneh dan Tertua di Dunia
- 7 Perang Paling Aneh di Dunia
- 10 Pasukan Elit di Dunia
- 7 Artis Yang Berpose Bugil Bareng Pasangannya
- 8 Adegan Memalukan Pesohor Dunia di Atas Panggung
- Kata Mutiara Kejujuran Pendek
- Kata Mutiara Gokil Singkat
- Kata Mutiara Cinta Lucu Pendek
- Kata Mutiara Pendek Hari Ini
- Kata Kata Mutiara Patah Hati Pendek
- 10 Foto Makro Serangga yang Mengagumkan
- Kata Kata Mutiara Sahabat Pendek
- Kata Kata Mutiara Ramadhan Pendek
- Kata Kata Mutiara Romantis Pendek
- Kata Mutiara Pagi Pendek
- Kata Mutiara Kecewa Pendek
- Kata Kata Mutiara Tentang Kehidupan Pendek
- Kata Mutiara Kahlil Gibran Pendek
- Kata Kata Mutiara Mario Teguh Pendek
- Kata Mutiara Hidup Pendek
- Kata Mutiara Lucu Pendek
- Kata Mutiara Hati Pendek
- Kata Mutiara Cinta Romantis Pendek
- Kata Mutiara Persahabatan Pendek
- Kata Mutiara Kehidupan Pendek
- ► 03/10 - 03/17 (123)
- ► 03/03 - 03/10 (123)
- ► 02/24 - 03/03 (65)
- ► 02/17 - 02/24 (218)
- ► 02/10 - 02/17 (127)
- ► 02/03 - 02/10 (57)
- ► 01/27 - 02/03 (24)
- ► 01/13 - 01/20 (97)
- ► 01/06 - 01/13 (191)
-
►
2012
(2476)
- ► 12/30 - 01/06 (257)
- ► 12/23 - 12/30 (38)
- ► 12/16 - 12/23 (26)
- ► 12/09 - 12/16 (137)
- ► 12/02 - 12/09 (176)
- ► 11/25 - 12/02 (186)
- ► 11/18 - 11/25 (230)
- ► 11/11 - 11/18 (87)
- ► 11/04 - 11/11 (30)
- ► 10/28 - 11/04 (19)
- ► 10/14 - 10/21 (25)
- ► 10/07 - 10/14 (97)
- ► 09/30 - 10/07 (57)
- ► 09/23 - 09/30 (14)
- ► 09/16 - 09/23 (66)
- ► 09/09 - 09/16 (146)
- ► 09/02 - 09/09 (111)
- ► 08/26 - 09/02 (138)
- ► 08/19 - 08/26 (130)
- ► 08/12 - 08/19 (80)
- ► 08/05 - 08/12 (86)
- ► 07/29 - 08/05 (111)
- ► 07/22 - 07/29 (97)
- ► 07/15 - 07/22 (9)
- ► 07/08 - 07/15 (42)
- ► 06/17 - 06/24 (2)
- ► 05/27 - 06/03 (23)
- ► 05/20 - 05/27 (34)
- ► 04/15 - 04/22 (16)
- ► 04/08 - 04/15 (1)
- ► 02/19 - 02/26 (1)
- ► 01/08 - 01/15 (4)
-
►
2011
(1498)
- ► 12/11 - 12/18 (8)
- ► 12/04 - 12/11 (18)
- ► 11/27 - 12/04 (4)
- ► 10/30 - 11/06 (171)
- ► 10/23 - 10/30 (21)
- ► 10/16 - 10/23 (132)
- ► 10/09 - 10/16 (132)
- ► 10/02 - 10/09 (95)
- ► 09/25 - 10/02 (4)
- ► 09/04 - 09/11 (2)
- ► 08/07 - 08/14 (8)
- ► 07/31 - 08/07 (23)
- ► 07/24 - 07/31 (97)
- ► 07/17 - 07/24 (189)
- ► 07/10 - 07/17 (177)
- ► 07/03 - 07/10 (72)
- ► 06/26 - 07/03 (104)
- ► 06/12 - 06/19 (4)
- ► 05/15 - 05/22 (2)
- ► 04/24 - 05/01 (2)
- ► 04/17 - 04/24 (3)
- ► 02/27 - 03/06 (1)
- ► 02/20 - 02/27 (25)
- ► 02/13 - 02/20 (11)
- ► 02/06 - 02/13 (46)
- ► 01/30 - 02/06 (30)
- ► 01/23 - 01/30 (33)
- ► 01/16 - 01/23 (40)
- ► 01/09 - 01/16 (30)
- ► 01/02 - 01/09 (14)
-
►
2010
(20)
- ► 12/26 - 01/02 (15)
- ► 12/19 - 12/26 (3)
- ► 10/31 - 11/07 (1)
- ► 10/03 - 10/10 (1)