“Vina!!” Terdengar seorang gadis yang duduk di kursi roda berteriak memanggil.
“Fayun, sini aku bantu.” Ujar Vina, lalu medorong kursi roda.
“Vin, kamu lagi sakit ya.”
“Gak kok. Kamu bisa bilang kayak gitu?.”
“Soalnya kamu kurus banget, muka kamu pun pucat banget.”
“Oh, semalam aku telat tidur karena keasyikan browsing.”
“Lain kali jangan telat tidur lagi ya.”
“Okay, mami Fayun…. Hehehe.”
Kami berjalan memasuki kelas 9A, di kelas sudah terlihat banyak teman-teman kami yang sudah datang. Lalu kami berjalan menuju bangku bagian tengah paling depan. Bel pun berbunyi dan Buk Rini memasuki ruangan, lalu kami memulai pelajaran.
Saat istirahat, aku dan Fayun pergi ke kantin. Kami memesan dua porsi mie bakso dan dua teh botol. Kami dengan lahap menyantap makanan tersebut dan kami dengan asyik mengobrol tanpa ada sedikitpun gangguan dari siapapun. Setelah asyik mengobrol di kantin, kami pergi ke kelas karena sebentar lagi bel akan berbunyi.
Di depan kelas 9A, tiba-tiba perutku sakit. Aku pun pergi sendiri ke toilet. Keluar dari toilet, aku langsung berlari kembali ke kelas. Sampai di kela, tenyata aku sudah terlambat. Karena aku terlalu lama di kamar mandi, aku pun dihukum oleh guru. Aku disuruh menyiram bunga-bunga yang ada di depang kelas.
Sepulang sekolah, aku mengikuti ekskul musik, sedangkan Fayun mengikuti ekskul padus.
“Yun, aku duluan ya, bentar lagi aku masuk nih.”
“Ya udah, aku juga mau masuk nih. Bye bye.”
“Bye bye juga Yun.”
Di ekskul musik, aku sangat suka bermain piano. Saat sedang bermain piano, penglihatanku menjadi buram dan kepalaku pun sakit sekali. Lalu tanpa sadar aku pun jatuh pingsan.
Saat bangun, aku mendengar tangisan dari orang tuaku. Kulihat di sebelahku ada Dokter Adi dan Bang Rendi.
“Pa, Ma, Bang Rendi, kok nangis?” Ujarku dengan suara kecil.
“Gak apa-apa kok sayang, mata kami tadi terkena debu.”
“Ma, Pa, Bang Rendi, maaf ya selama ini Vina gak pernah kasih tau yang sebenarnya sama kalian. Vina gak mau ngeliat kalian semua menangis.”
Karena mamanya tidak sanggup melihat anaknya yang sekarat, ia bergegas keluar dari kamar dan berlari keluar. Di luar, ia terus mengeluarkan air mata. Ayahnya Vina pun keluar dan berkata pada sang istri.
“Ma, bersabarlah. Kita memiliki anak yang sangat kuat, ia melawan penyakit leukemia ini selama kurang lebih 2 tahun.” Ujar papa menenangkan.
Ini adalah hari kedua aku di rumah sakit, entah kenapa aku merasa aku semakin kurus saja. Walau aku sudah makan banyak, tetapi tubuhku masih tetap kurus, bahkan semakin kurus. Orang tuaku datang setelah pulang dari kerja, sedangkan abangku pulang setelah ekskul basket. Aku benar-benar kesepian
Saat Vina sudah bisa duduk, handphonenya berbunyi. Ternyata Fayun yang sms.
Assalamualaikum Wr. Wb.
Vin, aku untuk seminggu ini harus pulang ke Surabaya. Soalnya aku ada acara keluarga di sana. Sekarang aku lagi di jalan nih, aku dengar kamu sakit, sakit apa?maaf ya aku gak bisa datang. Semoga cepat sembuh ya. Bye bye….
Fayun Larta
“Aku kaget, bagaimana dia bisa tau kalo aku sakit. Aku takut ia sedih jika aku bilang yang sebenarnya, jadi aku memutuskan berbohong dengan membalas seperti ini:” Ujarku dalam hati.
Wa’alaikumsalam Wr. Wb.
Iya, gak apa-apa kok. Cuma sakit flu biasa, jadi kamu gak usah cemas ya. Hati-hati kamu di jalan dan jangan lupa oleh-olehnya ya…hehehe
Vina Vertika
Setelah beberapa lama, ia tidak membalas lagi. Hari ini aku sendiri di rumah sakit, keluargaku akan datang setelah selesai kerja. Aku tak tau harus melakukan apa, jadi aku menulis diary.
Dear diary
01/05/2012
Tuhan…sepertinya waktuku tidak lama lagi. Besok adalah hari ulang tahunku, tetapi aku malah terbaring di rumah sakit dengan penyakit leukemia stadium terakhir di dalam tubuhku. Tuhan, aku tak tau harus berbuat apa lagi. Jika aku seperti ini lagi, aku akan terus merepotkan orang-orang yang ada di dekatku. Tuhan…tolong bantu aku.
Vina Vertika
Selesai aku menuliskan diary, orang tuaku baru datang. Bang Rendi juga ada bersama mereka.
“Pa, Ma, Fayun kok tau aku sakit?”
“Oh, kemarin waktu kamu pingsan, dia tau dan bertanya kamu kenapa. Lalu papa menjawab kalo kamu sakit. Cuma itu.” Ujar papa.
“Lain kali jangan kasih tau Fayun kalo aku sakit ya. Aku takut kalo dia nanti nangis.”
“Oke honey….Kalo itu mau kamu. Kami gak akan kasih tau Fayun.”
“Janji?” sambil meyerahkan kelingkingnya pada mama dan papanya.
“Oke, kami janji.”
“Fayun, sini aku bantu.” Ujar Vina, lalu medorong kursi roda.
“Vin, kamu lagi sakit ya.”
“Gak kok. Kamu bisa bilang kayak gitu?.”
“Soalnya kamu kurus banget, muka kamu pun pucat banget.”
“Oh, semalam aku telat tidur karena keasyikan browsing.”
“Lain kali jangan telat tidur lagi ya.”
“Okay, mami Fayun…. Hehehe.”
Kami berjalan memasuki kelas 9A, di kelas sudah terlihat banyak teman-teman kami yang sudah datang. Lalu kami berjalan menuju bangku bagian tengah paling depan. Bel pun berbunyi dan Buk Rini memasuki ruangan, lalu kami memulai pelajaran.
Saat istirahat, aku dan Fayun pergi ke kantin. Kami memesan dua porsi mie bakso dan dua teh botol. Kami dengan lahap menyantap makanan tersebut dan kami dengan asyik mengobrol tanpa ada sedikitpun gangguan dari siapapun. Setelah asyik mengobrol di kantin, kami pergi ke kelas karena sebentar lagi bel akan berbunyi.
Di depan kelas 9A, tiba-tiba perutku sakit. Aku pun pergi sendiri ke toilet. Keluar dari toilet, aku langsung berlari kembali ke kelas. Sampai di kela, tenyata aku sudah terlambat. Karena aku terlalu lama di kamar mandi, aku pun dihukum oleh guru. Aku disuruh menyiram bunga-bunga yang ada di depang kelas.
Sepulang sekolah, aku mengikuti ekskul musik, sedangkan Fayun mengikuti ekskul padus.
“Yun, aku duluan ya, bentar lagi aku masuk nih.”
“Ya udah, aku juga mau masuk nih. Bye bye.”
“Bye bye juga Yun.”
Di ekskul musik, aku sangat suka bermain piano. Saat sedang bermain piano, penglihatanku menjadi buram dan kepalaku pun sakit sekali. Lalu tanpa sadar aku pun jatuh pingsan.
Saat bangun, aku mendengar tangisan dari orang tuaku. Kulihat di sebelahku ada Dokter Adi dan Bang Rendi.
“Pa, Ma, Bang Rendi, kok nangis?” Ujarku dengan suara kecil.
“Gak apa-apa kok sayang, mata kami tadi terkena debu.”
“Ma, Pa, Bang Rendi, maaf ya selama ini Vina gak pernah kasih tau yang sebenarnya sama kalian. Vina gak mau ngeliat kalian semua menangis.”
Karena mamanya tidak sanggup melihat anaknya yang sekarat, ia bergegas keluar dari kamar dan berlari keluar. Di luar, ia terus mengeluarkan air mata. Ayahnya Vina pun keluar dan berkata pada sang istri.
“Ma, bersabarlah. Kita memiliki anak yang sangat kuat, ia melawan penyakit leukemia ini selama kurang lebih 2 tahun.” Ujar papa menenangkan.
Ini adalah hari kedua aku di rumah sakit, entah kenapa aku merasa aku semakin kurus saja. Walau aku sudah makan banyak, tetapi tubuhku masih tetap kurus, bahkan semakin kurus. Orang tuaku datang setelah pulang dari kerja, sedangkan abangku pulang setelah ekskul basket. Aku benar-benar kesepian
Saat Vina sudah bisa duduk, handphonenya berbunyi. Ternyata Fayun yang sms.
Assalamualaikum Wr. Wb.
Vin, aku untuk seminggu ini harus pulang ke Surabaya. Soalnya aku ada acara keluarga di sana. Sekarang aku lagi di jalan nih, aku dengar kamu sakit, sakit apa?maaf ya aku gak bisa datang. Semoga cepat sembuh ya. Bye bye….
Fayun Larta
“Aku kaget, bagaimana dia bisa tau kalo aku sakit. Aku takut ia sedih jika aku bilang yang sebenarnya, jadi aku memutuskan berbohong dengan membalas seperti ini:” Ujarku dalam hati.
Wa’alaikumsalam Wr. Wb.
Iya, gak apa-apa kok. Cuma sakit flu biasa, jadi kamu gak usah cemas ya. Hati-hati kamu di jalan dan jangan lupa oleh-olehnya ya…hehehe
Vina Vertika
Setelah beberapa lama, ia tidak membalas lagi. Hari ini aku sendiri di rumah sakit, keluargaku akan datang setelah selesai kerja. Aku tak tau harus melakukan apa, jadi aku menulis diary.
Dear diary
01/05/2012
Tuhan…sepertinya waktuku tidak lama lagi. Besok adalah hari ulang tahunku, tetapi aku malah terbaring di rumah sakit dengan penyakit leukemia stadium terakhir di dalam tubuhku. Tuhan, aku tak tau harus berbuat apa lagi. Jika aku seperti ini lagi, aku akan terus merepotkan orang-orang yang ada di dekatku. Tuhan…tolong bantu aku.
Vina Vertika
Selesai aku menuliskan diary, orang tuaku baru datang. Bang Rendi juga ada bersama mereka.
“Pa, Ma, Fayun kok tau aku sakit?”
“Oh, kemarin waktu kamu pingsan, dia tau dan bertanya kamu kenapa. Lalu papa menjawab kalo kamu sakit. Cuma itu.” Ujar papa.
“Lain kali jangan kasih tau Fayun kalo aku sakit ya. Aku takut kalo dia nanti nangis.”
“Oke honey….Kalo itu mau kamu. Kami gak akan kasih tau Fayun.”
“Janji?” sambil meyerahkan kelingkingnya pada mama dan papanya.
“Oke, kami janji.”
Sekedar informasi Cerpen Tentang Sahabat yang berjudul "Cries a Friend"ini adalah Karangan Risty Cahya Yuantika. Ada beberapa referensi tentang Puisi Galau Kehidupan di database klipingkita Sobat kliping juga nantinya bisa melihat Puisi Ayah yang kliping kita pernah publish sebelumnya. Lihat juga Kata Kata Romantis Buat Pacar Terbaru. Oke deh.. Selamat melanjutkan membaca
Hari ini adalah hari ulang tahunku dan keluargaku merayakannya seperti permintaanku, secara sederhana, dengan keluarga yang kucintai.
“Vina, selamat ulang tahun….” Kata papa, mama, dan bang Rendi serentak.
“Makasih ya…” ujarku.
Setelah aku meniup lilin dan memotong kue, kami pun memakannya. Setelah memakan kue kami berfoto-foto. Belum 1 menit berlalu, tiba-tiba Vina kejang-kejang, karena keluarganya panik mereka langsung memanggil Dokter Adi. Mama, papa dan Bang Rendi menunggu di luar dengan panik. Setelah menunggu sejam, Dokter Adi pun keluar.
“Pak gimana keadaan anak kami?” Ujar papaku panik.
“Saya benar-benar minta maaf, tetapi Tuhan Berkehendak lain. Vina telah di panggil. Kami turut berduka cita. Oya Pak, sebelum meninggalkan kita semua, Vina menitipkan surat ini pada saya.” Ujar Dokter Adi, setelah memberikan sepucuk surat, ia langsung pergi meninggalkan mereka.
Dengan cepat papa membuka surat tersebuat, yang berisikan:
Pa, ma, dan bang Rendi, saat kalian membaca surat ini, mungkin Vina udah gak ada. Vina minta maaf karena udah membuat kalian susah, dengan menyusul kepergian Iza. Pa, mama, tolong jangan beritahu Fayun soal ini. Satu lagi, tolong donorkan ginjalku untuk Fayun ya. Aku ingin dia bisa berjalan lagi seperti dulu dan kembali hidup normal, aku menaruh surat bewarna ungu yang di dalam laci belajarku, tolong berikan surat itu pada Fayun setelah Fayun menjalankan operasinya ya….Semoga kalian tetap tegar dengan kepergian Vina, tolong jangan menangis karena kepergian Vina ya. Selalu tersenyum seperti biasanya ya…
Salam Vina untuk keluarga. Sampi jumpa suatu hari nanti….
Vina Vertika
Setelah membaca surat dari Vina, mereka semua mengeluarkan air mata. Mereka menguburkan Vina di sebelah makam Iza, adik Vina. Dengan tegar mereka melihat kedua makam anaknya, tanpa ada tetesan air mata.
Seminggu kemudian, Fayun kembali ke Bandung dan segera menjalani operasi. seminggu setelah melakukan operasi, pelan-pelan kaki Fayun sudah mulai bisa bergerak dan lama-kelamaan Fayun sudah bisa berjalan. Fayun sangat gembira dan ingin memberitahukannya pada sahabatnya. Tetapi Fayun diberitahu oleh ayahnya bahwa Vina sedang berada di luar negeri, karena urusan orang tuanya, hal ini terus berlanjut selama tiga minggu. Lama-lama Fayun merasa ada yang menjanggal, dia berpikir “kenapa ia tidak bisa menghubungi Vina atau chatting dengan Vina, dan kenapa dia tidak diberitahu siapa yang telah mendonorkan ginjal kepadanya.”
Karena sangat penasaran, Fayun datang ke rumah Vina dan bertemu dengan bang Rendi, ia pun bertanya pada abangnya Vina,
“Bang Rendi, Vina mana?kenapa udah tiga minggu ini Vina gak bisa dihubungi?” Bertubi-tubi pertanya yang diberikan oleh Fayun.
“Vi….Vina…udah kamu masuk ke dalam aja. Biar abang jelasin semuanya.” Ujar bang Rendi membawa Fayun ke dalam.
Fayun disuruh duduk diruang tamu dan di berikan secangkir teh. Bang Rendi memanggil orang tuanya dan membawa mereka untuk menemui Fayun. Orang tuanya pun turun dengan membawa surat bewarna ungu yang ditinggalkan oleh Vina untuk Fayun.
“Fayun, apa kabar?” Ujar mamaku dengan nada pelan.
“Alhamdulillah, kabar aku baik. Tante dan om gimana kabarnya?sehat?”
“Alhamdulillah, kami semua sehat.” Ujar mamaku dengan senyuman tipis.
“Ini adalah surat dari Vina, silahkan dibuka.” Ujar mamaku sambil memberikan surat kepada Fayun. Fayun membuka surat itu yang berisikan:
Dear Fayun
Apa kabar?aku tebak, kamu pasti sudah bisa jalan. Fayun, maaf aku tak pernah memberi tahumu soal penyakitku, aku di vonis menderita leukemia stadium akhir dan tak bisa diobati lagi. Fayun aku sengaja mendonorkan ginjal aku ke kamu, agar kamu bisa kembali berjalan dan itu sebagai hadiah ulang tahun dariku untukmu. Jangan bersedih kawan, aku tidak meninggalkan kamu, aku akan tetap bersamamu, karena di dalam tubuhmu ada ginjalku. Setelah membaca surat ini, aku mohon jangan ada tetesan air mata. Fayun aku punya satu permintaan, aku mohon saat perpisahan kelulusanmu nanti, aku ingin kamu menyanyikan lagu ciptaan kita berdua. Aku sudah mempersiapkan musiknya, musiknya aku titipkan pada Buk Desi dan jangan lupakan persahabatan kita selama ini…
Sampai berjumpa lagi kawan, kamu adalah bestfriend aku yang sangat aku sayangi.
Vina Vertika
mereka pergi ke makamnya Vina, disana Fayun sempat meneteskan air mata, tetapi ia menahannya. Fayun mengusap batu nisan itu dan berkata, “Vina, terima kasih sudah menjadi sahabat terbaikku.” Setelah itu ia pergi meninggalkan makam Vina.
Hari ini adalah acara kelulusan di tempat Fayun bersekolah. Setelah semua penampilan selesai, saatnya penampilan Fayun. Ia akan menyanyikan lagu ia bersama sahabatnya itu. Di tempat acara, juga hadir keluarga Vina. Sebelum menyanyikan lagu itu dia berkata, “lagu ini saya ciptakan bersama sahabat saya yang sangat baik hati”, lalu Fayun pun bernyanyi. Fayun menyanyikan lagu itu dengan bagus dan indah, namun di akhir lagu ia meneteskan air mata, ia mengingat masa-masa dimana ia dan sahabatnya menciptakan lagu ini. Dengan canda, tawa dan senyuman, ia mengingat semuanya. Selesai Fayun menyanyikan, semua arang menepuk tangan dan terharu mendengar lagu yang dinyanyikan Fayun. Siapapun yang mendengar lagu itu, pasti akan mengeluarkan air mata.
Ternyata di acara itu, hadir produser yang sangat terkenal di Indonesia, ia melihat penampilan Fayun dan mengajak Fayun untuk menjadi seorang penyanyi. Fayun mulai melakukan rekaman di studio dan hasilnya sangat memuaskan. Banyak orang yang suka lagu yang dinyanyikan oleh Fayun dan membuat Fayun terkenal, bukan hanya di negeri sendiri tetapi juga di negeri lain. Fayun menjadi seorang penyanyi hebat dunia, ia banyak mendapatkan penghargaan.
Sekarang Fayun mendapatkan beasiswa dan melanjutkan sekolah ke Inggris. Walaupun sekarang Fayun sudah terkenal, ia tidak pernah melupakan Vina sahabat baiknya.
Hari ini Fayun akan melakukan konser, sebelum melakukan konser ia menulis di buku diarynya.
Dear Vina
Vina, sudah 7 tahun semenjak kepergianmu. Hari ini adalah hari ulang tahunmu yang ke-21 dan sebagai hadiahnya, aku akan menyanyikan lagu kita di akhir konser nanti. Semoga kamu suka. Doakan semoga konserku nanti sukses ya. Vina aku selalu merindukan dimana saat kita selalu bersama.
Vina, suatu saat nanti aku pasti akan menyusulmu….tunggu aku disana ya….
I MISS U Vina.
Setelah menulis diary, dia langsung manaiki panggung, konser pun dimulai dengan bahagia dan diakhiri dengan haruan.
TAMAT
Cerpen Karangan: Aghna Asbar
Facebook: aghna asbar
Yang Mungkin Menarik Untuk Sobat Klipingkita Baca :