Media Informasi dan Kliping Online

bebas bayar, pembayaran mudah dan cepat, transaksi online, pembayaran tagihan dan tiket, transfer dana online

Minggu, 30 Desember 2012

Cerita Pendek Anak

Hi,Selamat datang di blog Kliping kita. sobat kliping, hari ini kami akan memberikan informasi seputar Cerita Pendek Anak untuk kalian semua

Dengan melambaikan tangannya, Dimas menirukan gerakan tangan ibunya yang berupaya menyetop angkutan umum, sementara kakak Dimas hanya mengulum senyum melihat tingkah laku adik semata mayangnya itu. Ditambah lagi dengan baju yang dipakai Dimas kebesaran, padahal ibunya sudah menyuruhnya untuk mengganti baju yang lain namun Dimas tidak mau, karena baju itu adalah baju favoritnya, baju bergambar tokoh kartun kesukaannya yang dibelikan paman untuknya. 
Hari itu adalah hari minggu, Dimas beserta ibu dan kakaknya hendak pergi ke pasar. Dimas yang masih duduk dibangku kelas 3 sekolah dasar sangat senang kalau diajak ke pasar, karena setiap pulang dari pasar dia selalu membawa mainan baru, entah itu mobil-mobilan, pesawat-pesawatan, robot-robotan, macam-macam deh pokoknya. Yang ada dipikirannya main, main dan main, maklumlah namanya juga anak-anak.

Sekedar informasi,  Cerita Pendek Anak yang berjudul "Gara Gara Mainan" ini adalah  Karangan Heru Sutanto. Sobat kliping juga nantinya bisa melihat  Kata Kata Mutiara Tentang Cinta yang kliping kita pernah publish sebelumnya. Lihat juga Cerita Lucu Abis . Oke deh.. Selamat melanjutkan membaca 

“Bu, nanti belikan Dimas mainan baru ya bu”, ucap Dimas sambil memegang tangan ibunya.
“Kamu ini, di rumahkan mainannya sudah banyak, dan pun kemarin juga baru dibelikan mobil-mobilan sama ayah”, kata Ibu Dimas

“Kamu ini setiap pergi ke pasar pasti minta beliin mainan terus”, timpal Rani, sang kakak.
“Week, biarin”, Dimas menjulurkan lidahnya.
“Sudah-sudah, jangan bertengkar”, tegur ibu.
“Ya bu ya”, rengek Dimas kepada ibunya.

“Iya ya, tapi nanti setelah kita belanja perlengkapan sekolah kakak kamu ya”, tutur ibunya.
Giliran kakaknya yang mencibir Dimas. Ibu yang sudah paham dengan gelagat anak-anaknya segera mengganti topik pembicaraan, dan mengalihkan perhatiaan mereka pada pemandangan yang mereka lihat dari kaca jendela angkutan umum yang mereka tumpangi.

20 menit kemudian angkutan umum yang mereka tumpangi tiba di terminal pasar. Hiruk pikuk suasana terminal, suara para kernet yang sibuk mencari penumpang serta teriakan para pedagang yang menawarkan dagangan mereka sudah menjadi pemandangan yang biasa.
Setelah turun dan membayar ongkos, mereka pun menuju ke dalam pasar. Keluar dari satu toko dan masuk ke toko lainnya. Lama berkeliling pasar, Dimas yang tadi pagi tidak sarapan karena keasyikan bermain bola bersama teman-temannya, mulai lelah dan lapar.

“Bu, Dimas capek, masih banyak ya bu yang mau dibeli”, ucap Dimas dengan wajah memelas.
“Gitu aja capek”, ledek kakanya.
“Sebentar lagi kok, tinggal beli titipan Bu Ade sama ngambil seragam kakak kamu, di toko seberang sana. Ya sudah kalau kamu capek kita istirahat sebentar. Itu ada warung bakso, kalian mau”
Tanpa diberi aba-aba kedua kakak beradik itu mengangguk dengan kompak.
Setelah selesai makan bakso ditambah dengan es teh manis, ketiganya segera menuju ke toko seberang. Dimas tampak yang paling bersemangat, sesekali ia berlari kecil. Sementara Rani, kakaknya, sibuk mengamati deretan toko-toko yang mereka lewati.

“Dimas jangan lari-lari”, tegur ibu.
“Ayo bu, cepat hehe”, ujar Dimas sembari melempar tawa.
Ketika sedang asyik bersenda gurau dengan ibunya, tiba-tiba pandangan Dimas tertuju pada sesuatu yang sangat menarik hatinya. Dimas melihat sebuah toko yang dipenuhi dengan banyak mainan, terlebih lagi ia melihat sebuah mobil-mobilan yang bagus. Seketika Dimas berhenti di depan etalase kaca toko tersebut, dan memandangi mobil-mobilan tadi.

“Lho kok berhenti, tokonya bukan yang ini Dimas, yang di sana”, tutur Ibunya.
“Bu beliin mainan ini”, tunjuk Dimas.
“Iya nanti, sudah ayo jalan, kita toko yang disana dulu”, ucap Ibu Dimas sambil memegang tangan Dimas, menyuruh jalan.
Ketika Ibu sedang sibuk memilih-memilih barang yang akan dibeli, Dimas yang sudah tidak sabar ingin membeli mainan kembali merengek. Rani juga sudah berupaya untuk membujuk adiknya, tapi Dimas malah marah kepada Rani.
“Bu, beliin mainan yang tadi”, rengek Dimas sambil menarik-narik pakaian ibunya.
“Iya nanti Dimas, tunggu, sebentar lagi selesai”, ucap Ibu.

Namun Dimas yang sudah tidak sabar dan kesal karena permintaannya belum dipenuhi, tiba-tiba pergi meninggalkan Ibu dan kakaknya. Ia berlari keluar dari toko tempat mereka berbelanja. Rani yang khawatir terhadap adiknya mengejar mengikuti Dimas. Bukannya berhenti karena dikejar oleh kakaknya, Dimas malah terus berlari ke dalam pasar, hingga kakaknya tak bisa menyusulnya. Setelah lama berlari, Dimas sadar bahwa kini ia sendirian, ia tak menemukan kakaknya yang mengejarnya tadi, apalagi ibunya. Dimas mulai kebingungan, ia juga tak tahu jalan, Dimas yang sudah mulai ketakutan pun menangis meraung-meraung. Ia menyesal karena telah meninggalkan ibu dan kakaknya. Sekali lagi diperhatikannya keadaan disekelilingnya, berharap dapat menemukan sosok ibu dan kakaknya. Namun Dimas tetap tidak mendapati apa yang diharapkan. Tiba-tiba seorang ibu menghampiri Dimas yang terus menangis, karena berpisah dengan ibnya.

“Adik kecil kenapa”, tanya seorang ibu penjual pakaian yang berdiri di sebelah Dimas.
“Ibu saya hilang”, jawab Dimas sambil menangis.
Si ibu tadi pun menanyakan pada Dimas, dimana terakhir ia bersama ibunya, namun Dimas yang masih kecil dan tidak tahu tentang kondisi pasar tidak bisa memberikan jawaban yang pasti, apalagi tadi ketika dikejar kakaknya ia tidak begitu memperhatikan jalan yan ia ambil. Ibu tersebut juga menanyakan tentang keluarga Dimas, berharap agar ada yang bisa dihubungi.

“Sudah-sudah jangan menangis lagi, mungkin sebentar lagi ibumu akan mencari kamu ke sini, kamu namanya siapa?”
“Dimas, bu”, ucap Dimas sambil terisak-isak.

Si ibu penjual tadi terus berusaha menenangkan Dimas, berharap Ibu Dimas datang. Namun setelah cukup lama menunggu, ibu dan kakanya tak kunjung datang. Si Ibu tadi pun membawa Dimas ke kantor Polisi. Siapa tau Ibu Dimas berada di sana. Sepanjang perjalanan menuju kantor polisi, Dimas masih terisak-isak. Dan begitu sampai di kantor polisi pun ia masih menangis. Pak polisi pun berupaya untuk menenangkan Dimas, dan meyakinkan Dimas bahwasannya ibunya sebentar lagi akan datang. Dan benar apa yang dikatakan pak polisi itu, selang beberapa menit Dimas di kantor Polisi, ibu dan kakaknya datang. Ternyata tadi Ibu Dimas diberitahu oleh orang-orang yang berada di tempat Dimas menangis tadi. Melihat wajah ibunya, Dimas jadi takut. Ia pasti dimarahi ibunya, karena perbuatannya itu. Dan memang ibunya sempat memarahinya sebentar dan kemudian menasehati Dimas agar tidak mengulangi perbuatannya.

“Untung kamu tadi ketemu orang yang baik, kalau tidak mungkin kamu sudah di culik. Mau kamu…”, ucap kakaknya, yang juga marah akan tingkah laku Dimas.

Kali ini Dimas tidak membalas kata-kata kakaknya, ia hanya diam menyesali perbuatan yang telah dilakukannya. Dimas membenarkan apa yang dikatakan oleh kakaknya, kalau ia diculik oleh orang jahat mungkin saat ini ia tidak bersama ibu dan kakaknya. Ngeri rasanya membayangkan hal itu, tiba-tiba Dimas langsung memegang erart-erat tangan ibunya, ia tidak ingin peristiwa ini terulang kembali. Akhirnya mereka kembali ke rumah, namun sial bagi Dimas ia tidak jadi membawa pulang mainan baru akibat perbuatannya.

Cerpen Karangan: Heru Sutanto

Nah kurang lebih seperti itulah referensi, artikel, review seputar Cerita Pendek Anak. Jika informasi seputar Cerita Pendek Anak ini bermanfaat bagi kalian semua, jangan sungkan berbagi dengan teman teman kalian di Facebook, Twitter dan google plus. Admin Kliping Kita
Cerita Pendek Anak Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown
bebas bayar, pembayaran mudah dan cepat, transaksi online, pembayaran tagihan dan tiket, transfer dana online

Daftar Artikel