“Aku rindu saat-saat itu. Saat semuanya masih baik-baik saja, tentunya tanpa kehadiran sosok lain yang kini singgah di hatinya.”
Malam demi malam yang kulalui rasanya semakin sunyi saja. Tanpa ocehanmu, tanpa omelanmu, tanpa candaanmu, dan tanpa kehadiranmu. Mungkin inilah jawaban dari semua tanda tanya yang melekat di pikiranku. Mengapa kamu jarang mengabariku lagi? Mengapa kamu seperti menjaga jarak denganku? Mengapa kamu berbeda? Mengapa kamu tak peduli lagi denganku? Ahh, aku mulai kacau dengan pertanyaan-pertanyaan itu.
Sekedar informasi Cerpen Sedih - Tanpa Aku ini adalah Karangan Vicka Anindya. Nah habis baca Cerpen Sedih - Tanpa Aku sobat kliping bisa memperkaya referensi dengan membaca Kata Bijak Kehidupan dan Sobat kliping juga nantinya bisa melihat Cerita Lucu dan Gokil yang kliping kita pernah publish sebelumnya. Lihat juga Cerita Lucu Batak. Oke deh.. Selamat melanjutkan membaca
Kejadian sore tadi sudah cukup menjawab semua pertanyaanku tentang
perubahan sikapmu. Sosok lain. Yaa! Sosok lain yang kini mulai menggeser
posisiku di hatimu. Apa yang salah? Apa yang membuatmu berpaling lagi
padanya? Apa yang harus kulakukan agar kamu kembali?
Pertanyaan lain pun mulai mengacaukan pikiranku. Satu pertanyaan
terjawab, tapi pertanyaan lain pun muncul lagi. Aku lelah denganmu,
dengan hubungan ini, dan aku lelah memahami sikap-sikapmu yang sama
sekali bukan kamu yang kukenal. Entahlah, otakku sudah sangat kacau.
“Sayaang…” panggilku sok mesra padamu.
“Ada apa?” sahutmu tanpa menoleh sedikit pun ke arahku. Matamu masih tertuju pada laptop yang masih menyala di meja depanmu. Sedangkan jari-jarimu masih menari-nari liar diatas keyboard. Sesekali kamu menyunggingkan senyummu pada layar. Entah sedang apa dirimu, aku tak berani bertanya.
“Kamu kenapa? Cuek banget sama aku.” Jawabku sambil mencari pusat perhatian lain agar aku tak begitu menatapmu.
“Tidak apa-apa, perasaanmu saja, Key..” Aku mencoba melirik diam-diam ke arahmu. Kamu masih fokus pada kesibukanmu sedari tadi, tak memperdulikanku sama sekali. Dan lebih parahnya kamu memanggilku apa tadi? Key? Hahahaa, aku sama sekali tak percaya. Ya memang benar namaku Keyna. Keyna Larissa.
“Ada apa?” sahutmu tanpa menoleh sedikit pun ke arahku. Matamu masih tertuju pada laptop yang masih menyala di meja depanmu. Sedangkan jari-jarimu masih menari-nari liar diatas keyboard. Sesekali kamu menyunggingkan senyummu pada layar. Entah sedang apa dirimu, aku tak berani bertanya.
“Kamu kenapa? Cuek banget sama aku.” Jawabku sambil mencari pusat perhatian lain agar aku tak begitu menatapmu.
“Tidak apa-apa, perasaanmu saja, Key..” Aku mencoba melirik diam-diam ke arahmu. Kamu masih fokus pada kesibukanmu sedari tadi, tak memperdulikanku sama sekali. Dan lebih parahnya kamu memanggilku apa tadi? Key? Hahahaa, aku sama sekali tak percaya. Ya memang benar namaku Keyna. Keyna Larissa.
Tapi aneh aja, biasanya kamu memanggilku Honaa, panggilan sayangmu
untukku. Mungkin kamu memang sudah tidak sayang lagi padaku. Yahh,
mungkin.. Aku segera beranjak dari sofa yang sedari tadi menopang
tubuhku.
Mungkin dia sama sepertiku, lelah menahan semua beban ini, dan kami
sama-sama mencoba bertahan. Kulangkahkan kaki meninggalkanmu yang masih
sibuk dengan urusanmu yang entah apa itu. Aku berjalan pelan dan
berharap kamu akan mengejarku dan meminta maaf padaku. Tapi ternyata
hingga aku sampai di depan pintu keluar pun, tetap saja tidak ada reaksi
apa-apa darimu. Kecewa? Ya pastilah. Padahal baru saja kau meneleponku
agar datang di cafe depan kampus untuk menemanimu makan siang. Tapi apa
yang kudapat? Peduli padaku saja tidak.
Bahkan aku pun tidak jadi makan siang denganmu. Kulihat kamu masih
asyik dengan laptopmu, tak tahu apa yang sedang kau lakukan. Terserah,
aku sangat kecewa.
Sore ini hujan mengguyur kota kecil tempatku sejak lahir. Aku hanya
termenung menatap jendela kamarku yang mulai basah. Kulihat titikan
embun menempel disana. Aku baru sadar sedari tadi aku tengah memangku
netbook putih kesayanganku. Berkali-kali aku menaik-turunkan scrollbar
di profilmu. Aku sendiri juga tak tahu apa yang kulihat. Mencoba stalk
status-status kamu? Hmm kurasa tidak. Kulihat terakhir kali kamu
meng-update adalah berminggu-minggu yang lalu. Dan tulisan-tulisanmu
juga tidak ada yang menarik perhatianku. Semuanya tentang bola, dan aku
sama sekali tak mengerti. Entah kenapa tiba-tiba aku tertarik untuk
membuka account facebok-mu. Yahh semenjak awal jadian kita memang
bertukar password, kamu yang memintanya. Aku sendiri tak mengerti apa
gunanya. Mungkin agar kita saling percaya?? Hahaa, aku selalu percaya
padamu kok.
Aku segera mengetikkan email dan passwordmu, mulai menelusuri setiap
kata yang dilewati oleh kedua bola mataku. Lebih tepatnya aku mulai
menelusuri masa lalumu, membaca pesan dinding yang entah kapan
datangnya. Aku tersenyum-senyum sendiri melihat awal perkenalan kita.
Ya, kita memang berkenalan lewat dunia maya.
Sangat aneh, saling kenal di dunia maya tetapi bisa bertahan dengan
status pacar, sampai sekarang. Jari-jariku mulai jahil, aku membuka
pesan masuk fb-mu. Aku tak merasakan apapun ketika membaca setiap pesan
yang masuk untukmu. Tetapi satu nama mulai mengusikku. Kubaca percakapan
itu tanpa terlewat satu pun. Awalnya mungkin hanya sekedar bertanya
kabar. Hatiku mulai berdebar. Apalagi saat namaku mulai disebut-sebut.
Arina Putri : Bagaimana dengan pacarmu?? Kurasa kalian sangat cocok.. )
Theo Nugraha : Maksudmu Keyna?
Arina Putri : Ya, tentu saja. Kalian bertahan cukup lama, bahkan melebihi kita :O
Theo Nugraha : Sudahlah rin, aku tak pernah cinta dia. Kamu tau sendiri kan? Aku terpaksa jadian dengannya setelah kita putus
Arina Putri : Hahaa benaarr, saat itu aku memang bodoh pernah meninggalkanmu..
Theo Nugraha : Rin?? Boleh aku jujur?
Arina Putri : Tentang apa?
Theo Nugraha : Tentang kita.
Arina Putri : Kita??
Theo Nugraha : Ya, aku tak pernah bisa melupakanmu.
Arina Putri : Benarkah??
Theo Nugraha : Ya benar, aku masih menginginkanmu.
Arina Putri : Perasaanku juga tak pernah berubah.
Theo Nugraha : Kamu serius rin?
Arina Putri : Tentu tapi bagaimana dengan Keyna?
Theo Nugraha : Tenang saja, aku akan mengakhiri hubunganku dengannya, secepatnya
Arina Putri : Kamu yakin??
Theo Nugraha : Ya, aku tak bisa membohongi perasaanku sepertinya aku mencintaimu lagi..
Arina Putri : Makasih, aku sayang kamu The..
Theo Nugraha : Maksudmu Keyna?
Arina Putri : Ya, tentu saja. Kalian bertahan cukup lama, bahkan melebihi kita :O
Theo Nugraha : Sudahlah rin, aku tak pernah cinta dia. Kamu tau sendiri kan? Aku terpaksa jadian dengannya setelah kita putus
Arina Putri : Hahaa benaarr, saat itu aku memang bodoh pernah meninggalkanmu..
Theo Nugraha : Rin?? Boleh aku jujur?
Arina Putri : Tentang apa?
Theo Nugraha : Tentang kita.
Arina Putri : Kita??
Theo Nugraha : Ya, aku tak pernah bisa melupakanmu.
Arina Putri : Benarkah??
Theo Nugraha : Ya benar, aku masih menginginkanmu.
Arina Putri : Perasaanku juga tak pernah berubah.
Theo Nugraha : Kamu serius rin?
Arina Putri : Tentu tapi bagaimana dengan Keyna?
Theo Nugraha : Tenang saja, aku akan mengakhiri hubunganku dengannya, secepatnya
Arina Putri : Kamu yakin??
Theo Nugraha : Ya, aku tak bisa membohongi perasaanku sepertinya aku mencintaimu lagi..
Arina Putri : Makasih, aku sayang kamu The..
Butiran kristal bening mulai menjelajahi mataku lalu mengalir melewati garis bibir hingga leherku.
Aku menangis. Ya, menangisi diriku. Aku tak percaya dengan apa yang kamu perbuat padaku. Kamu ingin meninggalkanku? Setelah sekian banyak hari yang kita lalui? Menyisakan beribu-ribu kenangan. Ya, semua masih membekas, bersama luka yang selama ini kau beri padaku. Dan aku baru sadar, aku menjadi tempat pelarianmu atas Arina.
Aku menangis. Ya, menangisi diriku. Aku tak percaya dengan apa yang kamu perbuat padaku. Kamu ingin meninggalkanku? Setelah sekian banyak hari yang kita lalui? Menyisakan beribu-ribu kenangan. Ya, semua masih membekas, bersama luka yang selama ini kau beri padaku. Dan aku baru sadar, aku menjadi tempat pelarianmu atas Arina.
Sunyi, sepi, dan tenang. Yah itulah kenapa aku suka berada di tempat
ini. Ia selalu menjadi saksi atas semua hal yang terjadi padaku. Disaat
sedih, gundah, dan tak tahu jalan keluar masalah-masalahku, aku selalu
ke tempat ini. Desiran ombak yang bergemuruh tak pernah menggangguku,
mereka berlarian kesana kemari. Kadang ke tepi, kadang ke tengah. Persis
seperti kamu, kadang putih, kadang hitam. Abu-abu dan terlihat semu di
mataku. Pantai! Kini aku terduduk di atas pasir putih yang tak begitu
halus. Sesekali gulungan ombak menyambar tempatku termangu.
Mulutku terkunci, tanpa suara. Tapi jari-jari mungilku menari-nari di
pasir yang lembab itu. Setelah jariku selesai bekerja, gulungan ombak
itu datang dan merusaknya. Aku sangat kesal dengan ombak yang menyapu
hasil tanganku itu. Aku mulai berpindah ke tempat yang lebih tepi.
Jari-jariku mulai menari lagi.
Aku tersenyum senang saat melihat hasil tanganku dapat kunikmati
beberapa saat. Tapi, ah gulungan ombak nakal itu datang lagi.
Menghancurkan semua yang kubuat. Berkali-kali aku memindahkan tubuhku ke
tempat aman yang tak dilalui ombak nakal itu. Dan mulai kutulis lagi
namamu diatas pasir yang basah, tapi hasilnya sama saja. Ombak-ombak
kecil yang nakal itu selalu menghapusnya. Aku berlari mengejar gulungan
ombak yang mulai diseret induknya.
“Dasar ombak jahat!!” Aku berteriak pada ombak itu. Berusaha
memakinya agar ia mengembalikan namamu disana. Ah, aku sudah sangat
lelah. Aku lelah akan pertahananku selama ini. Ya, aku sudah terlalu
lama bertahan dalam kondisi seperti ini. Mungkin kalian pikir aku
berlebihan. Tapi memang seperti inilah keadaanku. Sudah terlalu lama aku
berpura-pura di depanmu. Selama ini aku tak pernah bertanya padamu
tentang apa yang kulihat dua minggu yang lalu. Aku masih berusaha untuk
biasa saja, seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Sikapmu padaku pun
makin menjadi. Aku sadar kamu selalu berusaha membuatku membencimu. Aku
juga sadar bahwa kamu sangat ingin meninggalkanku, demi Arina tentunya.
Aku tak tahu, apa yang berkecamuk di hatiku saat ini. Mungkin inikah
namanya galau? Yang selalu dibilang anak-anak remaja masa kini. Aku pun
juga tak tahu apa yang membuatku galau. Apakah yang harus kupilih??
Bertahan atau menyerah??!! Ya, sekarang aku tahu jawabannya. Entah
apakah aku masih sanggup untuk menjalani pilihanku ini.
Aku sudah lelah berpura-pura. Aku sakit menahan beban yang ada di
hatiku. Aku sudah sangat lelah dengan pertahanan yang kubuat selama ini.
Kupikir inilah akhir kita.
Terima kasih untuk semuanya, Theo. Semoga kamu bahagia. Dengannya…
-Keyna-
-Keyna-
Kulihat senyum tipis mulai menghias wajahmu. Ya, aku memang telah
mengirim pesan singkat di pintu lokermu. Sepertinya kamu sudah lega
dengan keputusanku. Tak kulihat gurat penyesalan di wajahmu. Yang
kulihat hanyalah seorang Theo dengan muka segar dan berseri-seri. Bahkan
kamu tak pernah seceria itu saat bersamaku.
Se-menderita itukah kamu saat bersamaku?? Sekarang akulah yang merasa
tak enak. Aku merasa bersalah telah merenggut kebahagiaanmu selama satu
tahun. Satu tahun bukan waktu yang singkat kan?? Entahlah.. segera aku
membalikkan badanku dan segera pergi meninggalkan sosokmu yang telah
menemaniku setahun ini. Jujur aku sangat mencintaimu. Tapi lihatlah…
kamu lebih bahagia tanpa aku!
“Mencintai tak harus memiliki. Kita tidak bisa memastikan apakah ia
akan bahagia bersama kita. Seperti kita bahagia saat bersamanya??
Yakinlah, kebahagiaan sejatimu masih menunggu disana ikhlaskan dia… biarkan dia bahagia… kamu akan menjadi orang yang lebih bahagia!”
Cerpen Karangan: Vicka Anindya
Facebook: Vicka Anindya
Yang Mungkin Menarik Untuk Sobat Klipingkita Baca :
Nah kurang lebih seperti itulah referensi, artikel, review seputar Cerpen Sedih - Tanpa Aku. Jika informasi seputar Cerpen Sedih - Tanpa Aku ini bermanfaat bagi kalian semua, jangan sungkan berbagi dengan teman teman kalian di Facebook, Twitter dan google plus. Admin Kliping Kita
Facebook: Vicka Anindya
Yang Mungkin Menarik Untuk Sobat Klipingkita Baca :