Contoh Resensi Cerpen Manusia Sapu Karya Maulida Laila AR
Identitas Cerpen :
Judul : Manusia Sapu
Pengarang : Maulida Laila AR
Penerbit : Solopos
Tahun Terbit : 19 September 2010
Sudah sepekan Ratmi mengamati seorang penjual sapu yang berada di perempatan depan rumahnya. Karena penasaran, dia bertanya kepada ibunya. Menurut ibunya, dia dipanggil Pak Sapu dan tinggal dibantaran Kali Samin. Namun karena Ratmi masih penasaran, dia beralasan untuk dapat membeli sapu pada Pak Sapu tersebut. Selama Ratmi membeli sapu, dia bertanya berbagai hal mengenai Pak Sapu itu. Ternyata dia bernama Pak Suyudi yang sudah berumur 87 tahun. Mendengar hal itu, Ratmi merasa kalau anak dari Pak Suyudi itu tidak punya belas kasihan pada orang tua. Namun setelah dia bertanya kembali, dia kemudian mengetahui kalau istri dari Pak Suyudi adalah seorang penyapu, sedangkan kedua anaknya menjadi penjual sapu dan pembuat sapu. Dua hari setelah kejadian itu, Ratmi tidak lagi melihat Pak Suyudi. Dia kemudian bertanya kepada ibunya, kemudian dia mengetahui kalau rumah Pak Suyudi yang ada di bantaran Kali Samin tersapu oleh arus sungai yang sedang banjir. Pak Suyudi sekeluarga pun belum diketemukan keberadaannya sampai sekarang. Mendengar hal itu, hati Ratmi pun menjadi sedih.
Identitas Cerpen :
Judul : Manusia Sapu
Pengarang : Maulida Laila AR
Penerbit : Solopos
Tahun Terbit : 19 September 2010
Sudah sepekan Ratmi mengamati seorang penjual sapu yang berada di perempatan depan rumahnya. Karena penasaran, dia bertanya kepada ibunya. Menurut ibunya, dia dipanggil Pak Sapu dan tinggal dibantaran Kali Samin. Namun karena Ratmi masih penasaran, dia beralasan untuk dapat membeli sapu pada Pak Sapu tersebut. Selama Ratmi membeli sapu, dia bertanya berbagai hal mengenai Pak Sapu itu. Ternyata dia bernama Pak Suyudi yang sudah berumur 87 tahun. Mendengar hal itu, Ratmi merasa kalau anak dari Pak Suyudi itu tidak punya belas kasihan pada orang tua. Namun setelah dia bertanya kembali, dia kemudian mengetahui kalau istri dari Pak Suyudi adalah seorang penyapu, sedangkan kedua anaknya menjadi penjual sapu dan pembuat sapu. Dua hari setelah kejadian itu, Ratmi tidak lagi melihat Pak Suyudi. Dia kemudian bertanya kepada ibunya, kemudian dia mengetahui kalau rumah Pak Suyudi yang ada di bantaran Kali Samin tersapu oleh arus sungai yang sedang banjir. Pak Suyudi sekeluarga pun belum diketemukan keberadaannya sampai sekarang. Mendengar hal itu, hati Ratmi pun menjadi sedih.
Sekedar informasi Contoh Resensi Cerpen ini Dikumpulkan dari berbagai sumber. Setelah membaca Contoh Resensi Cerpen Sobat kliping juga nantinya bisa melihat Kata Kata Persahabatan yang kliping kita pernah publish sebelumnya. Lihat juga Cerita Lucu Abis. Oke deh.. Selamat melanjutkan membaca ^_^
Dengan membaca sekilas dari sinopsis diatas jelas diketahui bahwa cerpen yang bertemakan sosial ini memiliki alur maju yang sangat runtut. Apalagi setting yang beragam namun mudah dimengerti seperti bantaran Kali Samin, rumah Ratmi, dan siang hari di perempatan depan rumah menjadi nilai positif dalam hal komunikatifnya. Cerpen ini mengandung amanat tentang kepedulian sosial terhadap orang yang kurang mampu. Sudut pandang yamg merupakan orang pertama tokoh utama ini semakin menyatu dengan gaya bahasa yang tidak terlalu berbelit-belit dan komunikatif ini.
Akan tetapi, cerpen yang diperankan oleh Pak Suyudi, Ratmi dan ibunya ini terasa kurang aktif karena terlalu banyaknya penggambaran setting serta pemikiran tokoh yang terlalu panjang. Ditambah dengan setting waktu yang kurang membuat cerpen ini kurang dapat dirasakan suasana yang sebenarnya terjadi dalam cerita tersebut. Namun Maulida tidak berkutat pada kesalahan tersebut. Pada akhir cerita, dia memperbaikinya dengan gaya bahasa yang miris yang membuat hati merasakan betapa menyedihkannya hal yang terjadi pada keluarga Pak Samin. Kegelisahan yang dirasakan oleh Ratmi pun dapat ditampilkan kepada pembaca dengan sangat baik.
Maulida Laila mungkin terinspirasi oleh kehidupan zaman sekarang ini yang sangat sulit dan banyak dijumpai orang-orang kurang mampu karena harga kebutuhan hidup yang selalu meningkat tiap tahunnya. Penulis ingin mengangkat kerasnya kehidupan seorang penjual sapu yang harus memeras keringat meskipun dia sudah berbau tanah. Dia yang mengetahui dan memahami kesulitan masyarakat kelas bawah kemudian menuangkan goresan hatinya pada cerpen ini.
Bahasa yang sederhana serta jelas pada cerpen ini menjadi nilai positif tersendiri, namun banjirnya gaya bahasa pada tiap pembuka dan penutup percakapan menjadi hal yang membuat cerpen ini agak terkesan berbelit- belit, namun hal ini bersifat relatif bagi setiap orang. Percakapan yang terasa memakai logat jawa ini menjadi daya tarik khusus, apalagi dengan penambahan kosa kata jawa yang baik dan bisa dimengerti umum. Seandainya gaya bahasanya padat dan indah, pastilah cerpen ini menjadi sempurna. Bahasa yang komunikatif serta sedikitnya nilai kurang membuat cerpen ini cocok bagi para pembaca, terutama bagi yang masih pemula.
referensi : wayanketel.com, google
Yang Mungkin Menarik Untuk Sobat Klipingkita Baca :